Proses
pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu pengelasan lebur dan
pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan
yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa
logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas
dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa
penambahan logam pengisi.
Pengelasan
lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-
pengelasan busur (arc welding, AW);
-
pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW);
-
pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW);
-
proses pengelasan lebur yang lain.
Pengelasan Busur
Pengelasan
busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan menggunakan
panas dari busur listrik, secara umum ditunjukkan dalam gambar 1.1
Gambar 1.1 Konfigurasi dan
rangkaian listrik dasar proses pengelasan busur
Busur
listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam
rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut
mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan
busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan
dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas
dengan suhu 10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas
untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam
pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses
pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah
volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang
sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak.
Pergerakan
elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau
dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik,
pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual,
kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.
Produktivitas
dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu :
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam
kerja
Untuk
pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah
sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.
Teknologi Pengelasan Busur
Sebelum
menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan
dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :
-
elektrode,
-
pelindung
busur (arc shielding), dan
-
sumber
daya dalam pengelasan busur.
Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :
-
elektrode terumpan (consumable electrodes), dan
-
elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).
Elektrode terumpan; elektrode
berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi
dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in.
(225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari
elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik,
sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat
memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena
kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk
batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya
diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an
sebagai logam pengisi.
Elektrode tak terumpan; dibuat dari
bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap
peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara
bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap
pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur
yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara
terpisah ke genangan las-an.
Pelindung busur; pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang
disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam
udara bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk
melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas
pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan
las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar
sampai logam las-an tersebut menjadi padat.
Gas pelindung, digunakan
gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang
dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida,
biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari
udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an.
Fluks, digunakan
untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses
pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan
melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan
harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk
melakukan beberapa fungsi, seperti :
-
memberikan perlindungan pengelasan
terhadap pengaruh udara luar,
-
untuk menstabilkan busur, dan
-
untuk mengurangi terjadinya percikan.
Metode
pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat
dilakukan dengan cara :
-
menuangkan butiran fluks pada operasi
pengelasan,
-
menggunakan elektrode batang yang
dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk
menutup operasi, dan
-
menggunakan fluks yang ditempatkan
dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode
diumpankan.
Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa :
-
arus searah (direct
current, DC), atau
-
arus bolak-balik (alternating
current, AC).
Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga
dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk
pengelasan logam ferrous. Mesin las
yang menggunakan arus searah dapat dipakai untuk semua jenis logam dengan hasil yang
baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula.
Dalam
semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan pengoperasian
dihasilkan dari arus listrik I yang
melewati busur dan tegangan E. Daya
ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke
permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi,
percikan nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat
dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap
proses pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki
efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena
sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan
benda kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode
tak terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting
efficiency)f2 selanjutnya
mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan
dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan :
HRw = f1 f2 I
E = Um Aw v
dimana
: E = tegangan, V; I = arus, A;
HRw = laju
pembentukan panas pada las-an (rate of
heat generation at the weld), Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec.
Catatan : 1 Btu = 1055 J
Um = energi
peleburan logam (melting enrgy for metal),
Btu/in3.
Aw = luar
permukaan las-an, mm2 atau in2
v = kecepatan gerak pengelasan, mm/sec. atau
in/min.
Laju
volume pengelasan logam (volume rate of
metal welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
MVR = HRw / Um , in.3/sec.
Contoh soal :
Pengelasan
busur tungsten gas dengan efisiensi transformasi panas f1 = 0,7
dioperasikan pada arus I = 300
A dan tegangan E = 20 V. Efisiensi
lebur f2 = 0,5 dan energi
peleburan logam Um = 150 Btu/in.3.
Tentukan : (a) Daya dalam
pengoperasian, P;
(b) Laju pembentukan panas, HRw;
(c) Laju volume pengelasan logam, MVR.
Penyelesaian :
(a) P = E I = (300 A) x (20 V) = 6000 W
(b) HRw
= f1 f2 I E =
(0,7)(0,5)(6000) = 2100 W
atau HRw
= 2100 J/sec. = 2100/1055
Btu/sec.
=
1,99 Btu/sec.
(c)
MVR = HRw
/ Um = (1,99 Btu/sec)/(150 Btu/in.3)
= 0,0133 in.3/sec.
Proses Pengelasan Elektrode Terumpan
Pengelasan
elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi busur
listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat
beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti antara
lain :
-
pengelasan busur elektrode terbungkus
(shielded metal arc welding, SMAW),
-
pengelasan busur logam gas (gas metal arc welding, GMAW),
-
pengelasan busur inti-fluks (flux-cored arc welding, FCAW),
-
pengelasan elektrogas (electrogas welding, EGW),
-
pengelasan busur rendam (submerged arc welding, SAW).
Pengelasan busur
elektrode terbungkus
Pengelasan
ini menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan fluks, seperti
ditunjukkan dalam gambar 1.2.
Gambar 1.2 Pengelasan busur
elektrode terbungkus
Panjang
batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan
diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan
sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas,
komposisinya biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar.
Lapisan pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida,
karbonat, dan unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat.
Serbuk logam kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah
logam pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk
membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair membentuk terak yang
kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat sambungan dan bekerja
sebagai penghalang oksidasi.
Pemindahan
logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir
yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan
sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang
digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode,
serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
Pengelasan busur logam gas
Pengelasan
ini merupakan proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan dalam
bentuk kawat, seperti ditunjukkan dalam gambar 1.3.
Gambar 1.3 Pengelasan busur
logam gas
Selama
proses pengelasan berlangsung, gas dihembuskan ke daerah las-an untuk
melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara
1/32 sampai ¼ in. (0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam
yang akan disambung. Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti
argon, helium, dan karbon dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan
tergantung pada logam yang akan dilas, dan juga faktor-faktor yang lain. Gas
mulya digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang
CO2 biasanya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah atau
medium.
Pengelasan
busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai jenis
logam ferrous dan nonferrous.
Keuntungan
pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah :
-
waktu busur lebih besar,
-
pengelasan biasanya dilakukan secara
automatis,
-
sampah sisa logam pengisi jauh lebih
sedikit,
-
terak yang ditimbulkan lebih sedikit
karena tidak memakai fluks,
-
laju pengelasan lebih tinggi, dan
-
kualitas daerah las-an sangat baik.
Pengelasan busur inti-fluks
Proses
pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan elektrode
terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti-fluks
menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain.
Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah :
-
unsur-unsur
deoksidiser, dan
-
unsur-unsur
pemadu (alloying).
Kawat
inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga dapat digulung dan
diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc welding gun), seperti ditunjukkan dalam gambar 1.4.
Gambar 1.4 Pengelasan busur inti-fluks
Terdapat
dua jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :
-
pelindung
sendiri (self shielded), dan
-
pelindung
gas (gas shielded).
Pengelasan
busur inti-fluks dengan pelindung
sendiri di dalam inti kawat terdapat fluks dan unsur lain yang dapat
menghasilkan gas untuk melindungi busur dari pengaruh atmosfir.
Pengelasan
busur inti-fluks dengan pelindung gas,
di dalam inti kawat tidak ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung
ditambahkan secara terpisah, sama seperti pada pengelasan busur logam gas.
Keuntungan
pengelasan inti-fluks, adalah :
-
elektrode
dapat diumpankan secara kontinu, dan
-
kualitas
las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam.
Pengelasan elektrogas
Pengelasan
elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan
secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode
telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan
dari luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal,
seperti ditunjukkan dalam gambar 13.5. Kedua bagian logam yang akan disambung
dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas
logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan
dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini
biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode dan logam
dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara
bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak
ke atas.
Gambar 1.5 Pengelasan elektrogas
(a) pandangan depan, (b) pandangan samping
Pengelasan
busur rendam
Pengelasan
busur rendam adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode kawat
telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan busur las ditutup dengan serbuk
fluks, seperti ditunjukkan dalam gambar 1.6.
Gambar 1.6 Pengelasan busur rendam
Kawat
elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan ke busur. Fluks dituangkan
melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode, sehingga busur listrik yang
timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam oleh serbuk fluks sepanjang
alur las-an.
Panas
yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks cair akan
mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah percikan
dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah dihilangkan,
sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat dimanfaatkan
kembali.
Keuntungan
penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks menutup seluruh
operasi pengelasan, sehingga:
-
dapat
meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan hal-hal
berbahaya lainnya.
-
tidak
perlu menggunakan kaca pengaman,
-
pendinginan
berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat baik,
memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi.
Sifat-sifat
yang merugikan adalah :
-
karena
busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat menggagalkan
seluruh hasil pengelasan,
-
pengelasan
terbatas hanya pada posisi horisontal.
Pengelasan
busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan ;
-
bentuk-bentuk
profil, seperti I-beam, T-beam, dan
sebagainya;
-
kampuh
memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki, dan tabung
tekanan tinggi.
Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan
Pengelasan
elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode wolfram yang dapat
menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam pengisi
digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut.
Terdapat
beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain :
-
pengelasan busur tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW),
-
pengelasan busur plasma (plasma arc welding, PAW), dan
-
beberapa pengelasan busur yang lain.
Pengelasan
busur tungsten gas
Pengelasan
busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode
tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan ini juga dikenal
dengan nama pengelasan
gas mulia tungsten (tungsten
inert gas welding, TIG) atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG).
Pengelasan
busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa logam
pengisi, seperti ditunjukkan dalam gambar 1.7
Gambar 1.7 Pengelasan busur tungsten gas
Bila
digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau
batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode dan
logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang
tidak diperlukan logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena
memiliki titik lebur tinggi yaitu 3410OC. Sebagai gas pelindung
biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan dari kedua unsur ini.
Pengelasan
busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam dengan
berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan aluminium
dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau dengan
mesin secara automatis.
Kelebihan
dari pengelasan ini adalah :
-
kualitas las-an sangat baik,
-
tidak ada percikan las-an, karena
tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur,
-
sedikit atau tidak ada terak karena
tidak digunakan fluks.
Pengelasan busur plasma
Pengelasan
busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur tungsten gas dengan
mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. Dalam gambar 13.7 terlihat bahwa
pemanasan gas dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus
(nosel), dan melalui lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon
atau campuran argon-hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas
pelindung seperti argon, argon-hidrogen, dan helium.
Gambar 1.8 Pengelasan busur
plasma
Suhu
plasma sekitar 28.000OC atau lebih besar, cukup panas untuk
mencairkan setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat
terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi
yang sangat tinggi.
Karena
memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka busur
plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan mencapai
100 mm atau lebih.
Pengelasan busur yang lain
Pengelasan
busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang
memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain,
akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :
-
pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan
-
pengelasan lantak (stud welding, SW).
Pengelasan
busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode
tak terumpan yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan
sebagai sumber panas pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di
atas permukaan logam yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan
dengan tungsten.
Pengelasan
lantak, digunakan
untuk mengelas ujung logam pada bidang datar. Alatnya berbentuk pistol,
memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu ditekan, ujung logam
terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali kecairan logam,
seperti ditunjukkan dalam gambar 1.9.
Gambar 1.9 Pengelasan lantak
Operasi
menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas. Busur
dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan
melindungi operator.
Pengelasan Resistansi Listrik
Pada pengelasan
ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan satu sama lain dan
arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga menimbulkan panas
pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki resistansi
listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam.
Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam
gambar 13.9 untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk
benda kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang
saling berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi
tersebut dalam daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan
titik disebut manik las (weld nugget).
Gambar 1.10 Pengelasan resistansi
listrik
Dalam pengelasan
ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan elektrode
yang menghubungkan daya listrik merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan
risistansi listrik diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang
timbul melebur permukaan kontak ke dua lembaran logam tersebut. Namun demikian,
terdapat pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu
di bawah titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan.
Sumber panas pada pengelasan resistansi
listrik
Energi panas yang
diberikan pada operasi pengelasan tergantung pada aliran arus listrik,
resistansi rangkaian, dan panjang waktu arus dialirkan, seperti rumus berikut
ini.
H = I2 R
t
dimana
: H
= panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J= 1/1055 Btu);
I = arus listrik, A;
R = resistansi listrik, W;
t = waktu, detik (sec.)
Arus
yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar (umumnya,
5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di bawah
10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk
pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik.
Alasan
mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :
-
bilangan
kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh yang besar
terhadap besarnya panas yang dihasilkan,
-
resistansi
listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 W).
Resistansi
listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara :
-
resistansi pada kedua elektrode,
-
resistansi pada kedua lembaran benda
kerja,
-
resitansi permukaan kontak antara
elektrode dan benda kerja,
-
resitansi permukaan kontak antara
benda kerja dengan benda kerja yang lain.
Kondisi yang ideal
bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke dua benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan
pada lokasi ini, sesuai dengan yang diharapkan. Resistansi pada permukaan
kontak ini tergantung pada penyelesaian permukaan, kebersihan (tidak ada cat,
minyak, dan pengotoran yang lain), daerah kontak, dan tekanan.
Contoh soal :
Operasi pengelasan
titik resistansi listrik dilakukan pada dua lembar baja tebal 0,062 in,
menggunakan arus listrik sebesar 12.000 A untuk durasi 0,23 detik. Resistansi
listrik adalah 0,0001 W,
dan manik las-an (weld nugget) yang
dihasilkan memiliki diameter 0,25 in dan tebal 0,1 in. Energi lebur (unit melting energy) untuk logam Um = 155 Btu/in3.
Berapa persen panas yang dihasilkan digunakan untuk melakukan pengelasan, dan
berapa persen yang terserap oleh logam sekitarnya ?
Jawab :
Panas yang
dihasilkan dalam operasi ini :
H = I2Rt =
(12.000)2 (0,0001) (0,23) = 3312 Watt-sec.
=
(3312)/1055 Btu = 3,14 Btu.
Volume dari manik
las-an :
V = 0,1 p/4 .(0,25) 2 = 0,00491 in3
Panas yang
dibutuhkan untuk melebur manik las-an ini :
Hm = V Um = 0,00491 (155) = 0,761 Btu
Jadi panas yang
digunakan untuk melakukan pengelasan = 0,761/3,14 x 100 % = 24 %, sehingga
panas yang diserap oleh logam sekitarnya = 76 %.
Keberhasilan dalam
pengelasan resistansi listrik tergantung pada tekanan dan panas. Fungsi tekanan
yang utama dalam pengelasan ini adalah :
- menekan
elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja dengan benda kerja
yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus listrik;
- menekan
permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu pengelasan
telah dicapai.
Kelebihan pengelasan resistansi listrik
adalah :
-
tidak menggunakan logam pengisi,
-
kecepatan produksi tinggi,
-
tidak diperlukan operator dengan
ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan secara automatis,
-
memiliki kemampuan ulang (repeatability) dan keandalan yang baik.
Sedang
kelemahan
dari pengelasan resistansi listrik ini, adalah :
-
biaya investasi tinggi, karena harga
peralatan mahal,
-
hanya dapat mengerjakan sambungan
tumpang (lap joint),
Proses Pengelasan Resistansi Listrik
Terdapat
beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam
industri, yaitu :
-
pengelasan titik resistansi listrik (resistance spot welding, RSW),
-
pengelasan kampuh resistansi listrik (resistance seam welding, RSEW),
-
pengelasan proyeksi resistansi listrik
(resistance projection welding, RPW),
-
pengelasan resistansi listrik yang
lain.
Pengelasan titik
resistansi listrik;
merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling banyak digunakan,
seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah tangga, furnitur
logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam.
Pada
proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam sambungan
tumpang dicapai dengan menggunakan
elektrode yang saling berhadapan. Ketebalan lembaran logam yang disambung
sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang, biasanya dilakukan pada sederetan las-an
titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak kedap udara. Ukuran dan bentuk
las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya berbentuk bulatan;
tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi empat, dan
bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya memiliki
diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ berada disekelilingnya. Operasi
pengelasan titik ditunjukkan dalam gambar 13.10 dengan tahapan sebagai berikut
:
(1)
benda kerja diletakkan diantara elektrode
terbuka;
(2)
elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan;
(3)
arus listrik dialirkan (disebut waktu
las);
(4)
arus listrik diputus, tekanan tetap
atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang digunakan sesaat menjelang akhir
tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa dari daerah las-an);
(5)
elektrode dibuka, dan benda kerja yang
telah dilas dipindahkan.
Gambar
1.11 (a) Tahapan siklus pengelasan titik, (b) Gaya tekan dan arus listrik yang terkait
selama siklus pengelasan
Material
elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu :
-
paduan tembaga, dan
-
komposisi logam tahan api seperti
kombinasi tembaga dan tungsten.
Kelompok
yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak digunakan
dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara bertahap
bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan saluran
air pendingin.
Karena
penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin dan metode
telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk :
-
mesin pengelasan titik lengan-pemutus
(rocker-arm spot welding machine),
-
mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine), dan
-
pistol pengelasan titik mampu jinjing
(portable spot welding guns).
Pengelas titik
lengan-pemutus, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.11,
memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja. Elektrode atas
dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat dikendalikan dengan
mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat diprogram untuk
mengendalikan gaya
dan arus listrik selama siklus kerja. Pengelas titik ini merupakan jenis
pengelas titik stasioner, dimana benda kerja dibawa ke mesin.
Gambar 1.12 Pengelas titik
lengan-pemutus
Pengelas titik jenis
tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar.
Elektrode atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan
vertikal, dengan daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih
besar dan biasanya diprogam untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama
seperti pengelas titik lengan-pemutus, pada pengelas titik jenis tekan, mesin
juga diletakkan stasioner sedang benda kerja dibawa ke mesin.
Pistol pengelasan titik
mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan
pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja
besar yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling
berhadapan yang memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang
ringan sehingga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri.
Pistol dihubungkan dengan sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel
(untuk mengalirkan arus listrik) dan selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik).
Air pendingin untuk elektrode, bila diperlukan, dapat juga disiapkan melalui
selang air. Pistol pengelasan titik
mampu jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas
lembaran logam bodi mobil.
Pengelasan kampuh resistansi listrik
Dalam
pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat
diputar, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.12, dan serangkaian las-an titik
yang tumpang-tindih dibuat sepanjang sambungan tumpang. Proses pengelasan ini
dapat menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam
pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi
kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama
seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan
secara kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve
seragam. Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode ini.
Gambar 1.13 Pengelas kampuh
resistansi listrik
Jarak
antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini tergantung
pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang
biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding), roda berputar secara kontinu pada
kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada interval waktu tertentu
sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan.
Gambar 13.13 Beberapa macam kampuh
las-an yang dapat dihasilkan oleh roda elektrode
Dalam
gambar 13.13 ditunjukkan bahwa frekuensi pelepasan arus biasanya diatur dengan
interval sedemikianrupa sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih (gambar
13.13a). Tetapi bila interval pelepasan arus listrik dikurangi, maka akan
diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu (gambar 13.13b), metode ini
disebut pengelasan titik rol (roll spot
welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan secara konstan (tidak
berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar kontinu (gambar 13.13c).
Pendinginan
benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada sisi atas
dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode.
Pengelasan proyeksi resistansi listrik
Pengelasan
proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan pengelasan titik resistansi
listrik. Gambar skematis pengelasan proyeksi resistansi listrik ditunjukkan
dalam gambar 13.14.
Gambar 13.14 Pengelasan proyeksi
resistansi listrik
Lembaran
logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons, sehingga terjadi
sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi sama dengan
tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal lembaran
tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan sambungan
las, sehingga cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus.
Keunggulan
pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah :
-
penampilan lebih baik,
-
umur elektrode lebih panjang karena
digunakan permukaan rata,
-
pemeliharaan elektrode lebih mudah,
-
pembuatan titik-titik proyeksi
diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya pengelasan, maka secara
keseluruhan biaya menjadi lebih murah.
Gambar
13.15 menunjukkan dua contoh variasi pengelasan proyeksi resistansi listrik,
yaitu :
(a) Proyeksi yang dibuat dengan proses
permesinan dapat disambungkan secara permanen pada lembaran atau pelat logam;
(b) Penyambungan kawat melintang seperti
misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan pemanggangan. Dalam proses ini
permukaan kontak yang berbentuk bulatan berfungsi sebagai proyeksi, dimana
terjadi panas resistansi untuk pengelasan.
Gambar 13.15 Dua variasi pengelasan
proyeksi resistansi listrik
Operasi pengelasan yang lain
Beberapa
pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip pengelasan resistansi listrik
adalah :
-
pengelasan nyala (flash welding, FW),
-
pengelasan upset (upset welding, UW),
-
pengelasan perkusi (percussion welding, PEW), dan
-
pengelasan resistansi frekuensi tinggi (high-frequency resintance welding, HFRW).
Pengelasan nyala,
umumnya digunakan untuk sambungan tumpu (butt
joints). Dalam gambar 13.16 ditunjukkan, benda kerja dijepit dalam mesin
dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan tekanan serendah
mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua permukaan kontak. Dengan
menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan menimbulkan loncatan nyala api
diantara kedua permukaan kontak tersebut (gambar 13.16.1), sehingga suhu naik
mencapai suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat adanya nyala api,
kadang-kadang pengelasan ini juga digolongkan sebagai pengelasan busur.
Gambar 13.16 Tahapan proses pengelasan nyala
Sejalan
dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan ditingkatkan
hingga terbentuk sambungan las-an (gambar 13.16.1). Tekanan yang digunakan
berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling
sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan.
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala,
hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga
diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi
pengelasan ini, benda kerja dijepit
dalam mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi
pemanasan akibat adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada
tekanan, jenis bahan, dan keadaan permukaan. Karena resistansi listrik
berbanding terbalik dengan tekanan, maka tekanan mula biasanya rendah kemudian
ditingkatkan (upseting force)
sehingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55 MPa. Cara pengelasan ini banyak
digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan benda-benda
lain dengan penampang yang sama.
Pengelasan perkusi,
juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi siklus pengelasan
sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik. Pemanasan yang cepat
dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak antara kedua
permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan) satu bagian
terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an.
Pengelasan resistansi
frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan
resistansi listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk
menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force), sehingga terjadi proses penyambungan, seperti ditunjukkan
dalam gambar 13.17a.
Gambar 13.17 Pengelasan kampuh
tabung dengan (a) pengelasan resistansi frekuensi tinggi, (b) pengelasan induksi frekuensi tinggi
Frekuensi
yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode dikontakkan
dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat. Variasi
dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency induction welding, HFIW),
arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan menggunakan kumparan induksi
frekuensi tinggi, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.17b. Kumparan tidak
bersentuhan dengan benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan
pengelasan induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang
digunakan dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang memanjang.
Pengelasan Gas
Dalam proses pengelasan gas, panas diperoleh dari hasil
pembakaran gas dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang
dapat mencairkan logam dasar dan logam pengisi. Pengelasan gas juga sering
digunakan untuk proses pemotongan logam.
Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan
hidrogen. Di antara ketiga gas ini yang paling sering dipakai adalah gas
asetilen, sehingga pengelasan gas pada umumnya diartikan sebagai pengelasan
oksi-asetilen (oxyasetylene welding, OAW).
Pengelasan oksi-asetilen
C2H2
+ O2 2CO + H2
+ panas
Hasil
reaksi tersebut mudah terbakar, sehingga menyebabkan reaksi yang tahapan kedua
:
2CO + H2 +
1,5O2 2CO2 + H2O + panas
Dua
tahapan pembakaran dapat dilihat dalam emisi nyala api oksi-asetilen yang
keluar dari ujung pembakar. Bila campuran oksigen dan asetilen 1 : 1, seperti
yang dijelaskan pada formula reaksi kimia di atas, nyala api yang dihasilkan
dikenal sebagai nyala netral seperti
dapat dilihat dalam gambar 13.19.
Reaksi
kimia tahap pertama terlihat sebagai kerucut dalam nyala api (berwarna putih
bersinar), sedang reaksi tahap kedua terlihat sebagai kerucut luar yang
membungkus kerucut dalam (hampir tanpa warna tetapi sedikit warna antara biru dan
jingga). Suhu tertinggi dicapai pada nyala api ujung kerucut dalam, dan suhu
tahap kedua suhunya di bawah ujung dalam tersebut. Selama pengelasan
berlangsung, kerucut luar menyebar dan menutup permukaan benda kerja yang akan
disambung, dan melindungi las-an dari pengaruh atmosfer sekelilingnya.
Panas
total yang dilepaskan selama dua tahapan pembakaran asetilen adalah 1470 Btu/ft3
(55 x 106 J/m3). Tetapi karena suhu yang terdistribusi
dalam nyala api, maka nyala api akan menyebar di atas permukaan benda kerja,
dan hilang di udara, densitas daya dan efisiensi dalam pengelasan oksi-asetilen
relatif rendah : f1 = 0,10
hingga 0,30.
Contoh soal
Ujung
pembakar oksi-asetilen mensuplai 10 ft3 asetilen per jam dan oksigen
dengan laju volume yang sama untuk operasi pengelasan oksi-asetilen pada baja
3/16 in. Panas yang dihasilkan dari pembakaran ditransfer ke permukaan benda
kerja dengan efisiensi f1
= 0,25. Bila 75 % panas dari nyala api dikenakan ke daerah lingkaran pada
permukaan benda kerja memiliki diameter 0,375 in., tentukan :
(a) laju
panas yang dilepaskan selama pembakaran,
(b) laju
panas yang ditransfer ke permukaan benda kerja,
(c) densitas
daya rata-rata dalam daerah lingkaran.
Jawab :
(a)
Laju
panas yang dilepaskan selama pembakaran adalah :
HR =
(10 ft3/hr.)(1470 Btu/ft3)
= 14.700 Btu/hr atau 4,08 Btu/sec.
(b) Laju panas yang ditransfer ke permukaan benda
kerja :
f1 x HR = 0,25 x 4,08 = 1,02 Btu/sec.
(c) Luas daerah lingkaran pada permukaan benda
kerja :
A = p
(0,3752)/4 = 0,1104 in. 2
Densitas daya rata-rata dalam daerah
lingkaran :
Densitas daya = 0,75 (1,02)/0,1104 =
6,94 Btu/sec-in.2
Pengelasan Padat
Dalam
proses pengelasan padat tidak digunakan logam pengisi, dan penyambungan dapat
dicapai dengan :
(1) tekanan
saja, atau
(2) panas
dan tekanan.
Bila
digunakan panas dan tekanan, jumlah panas yang diberikan dari luar
pada umumnya tidak cukup untuk melebur permukaan bendakerja. Tetapi dalam
beberapa kasus baik bila digunakan panas dan
tekanan atau tekanan saja,
bila energi yang dihasilkan cukup besar, maka dapat terjadi peleburan yang
terlokalisir hanya pada permukaan kontak. Jadi dalam pengelasan padat, ikatan
metalurgi diperoleh dengan sedikit atau tanpa peleburan logam dasar.
Syarat-syarat
agar terjadi ikatan metalurgi yang baik :
(1) kedua
permukaan kontak harus sangat bersih,
(2) kedua
permukaan kontak satu sama lain harus saling menempel sangat rapat agar dapat
terjadi ikatan atom.
Untuk
beberapa proses pengelasan padat, waktu juga merupakan faktor penting.
Keuntungan pengelasan padat dibandingkan pengelasan lebur :
-
bila tidak terjadi peleburan, maka
tidak terbentuk daerah pengaruh panas (HAZ), dengan demikian logam
disekeliling sambungan masih memiliki sifat-sifat aslinya;
-
kebanyakan proses ini menghasilkan
sambungan las yang meliputi seluruh permukaan kontak, tidak seperti pada
operasi pengelasan lebur dimana sambungan berupa titik atau kampuh las;
-
beberapa proses pengelasan padat dapat
digunakan untuk menyambung logam yang tidak sama, tanpa memperhatikan ekspansi
termal relatif, konduktivitas, dan permasalahan lain yang biasanya terjadi pada
pengelasan lebur bila digunakan menyambung logam yang tidak sejenis.
Yang termasuk
kelompok pengelasan padat antara lain :
-
pengelasan tempa (forge welding);
-
pengelasan dingin (cold welding, CW);
-
pengelasan rol (roll welding, COW);
-
pengelasan ledak (explosion welding, EXW);
-
pengelasan gesek (friction welding, FRW);
-
pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding, USW)
Pengelasan tempa; pengelasan
tempa merupakan teknik penyambungan logam yang paling tua. Komponen logam yang
akan disambung dipanaskan hingga temperatur kerja kemudian bersama-sama ditempa
dengan palu atau peralatan lainnya hingga tersambung menjadi satu.
Pengelasan dingin; adalah
proses penyambungan logam pada temperatur ruang di bawah pengaruh tekanan.
Akibat tekanan, permukaan benda kerja mengalami aliran dan menghasilkan
sambungan las. Suatu contoh, kawat dan batang dijepit dalam jepitan khusus
kemudian ditekan dengan tekanan yang cukup besar sehingga terjadi aliran plastik
pada ujung sambungan. Sebelum penyambungan permukaan dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat sehingga terbebas dari lapisan oksida. Beban tekan dapat
dilakukan dengan perlahan-lahan atau dengan tumbukan (impak). Pengelasan dingin
ini umumnya diterapkan pada aluminium dan tembaga, tetapi kadang-kadang juga
diterapkan untuk penyambungan nikel, seng, dan monel.
Pengelasan rol; termasuk
proses pengelasan padat dimana proses penekanannya menggunakan peralatan rol,
baik dengan pemanasan dari luar atau tidak, seperti ditunjukkan dalam gambar
13.20.
Gambar 13.20 Pengelasan rol
Bila
tanpa menggunakan panas dari luar, prosesnya disebut pengelasan rol dingin,
sedang bila menggunakan panas dari luar prosesnya disebut pengelasan rol panas.
Pengelasan rol biasa digunakan untuk melapisi baja karbon atau baja paduan
dengan baja tahan karat agar memiliki ketahanan terhadap korosi, atau untuk
membuat dwimetal yang digunakan untuk pengukuran temperatur.
Pengelasan ledak; merupakan
proses pengelasan padat dimana dua permukaan logam dijadikan satu di bawah pengaruh
impak dan tekanan. Tekanan tinggi berasal dari ledakan yang ditempatkan dekat
logam seperti ditunjukkan dalam gambar 13.21.
Gambar 13.21 Pengelasan ledak
Kadang-kadang
bahan pelindung seperti karet, menylubungi panel atas untuk menjcegah kerusakan
permukaan. Keseluruhan ditempatkan di atas landasan yang dapat menyerap energi
yang terjadi sewaktu operasi penyambungan.
Pengelasan gesek;
penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat perputaran logam satu terhadap
lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial. Kedua permukaan yang bersinggungan
menjadi panas mendekati titik cair dan bahan yang berdekatan dengan permukaan
menjadi plastis. Dalam gambar 13.22 ditunjukkan cara pengelasan dua poros.
Tahapan proses adalah sebagai berikut :
(1) salah
satu poros diputar tanpa bersentuhan dengan poros yang lain, dengan memutar
pemegang (rotating chuck),
(2) kedua poros satu sama lain disentuhkan
sehingga timbul panas akibat gesekan,
(3) putaran
dihentikan, poros diberi gaya
tekan aksial, dan
(4) sambungan
las terbentuk.
Gambar 13.22 Pengelasan gesek
Kerugian
dari proses ini terletak pada keterbatasan bentuk yang dapat dilas, sedang
keuntungannya adalah peralatan yang digunakan sangat sederhana, proses berjalan
sangat cepat, persiapan benda kerja sebelum pengelasan minim, dan hemat energi.
Selain itu logam tak sejenis dapat disambung pula dan siklus pengelasan dapat
diprogramkan dengan mudah. Las gesek banyak digunakan untuk penyambungan
plastik.
Pengelasan ultrasonik; adalah
proses penyambungan pelat untuk logam yang sejenis maupun tak sejenis, umumnya
dengan membentuk sambungan tindih, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.23.
Gambar 13.23 Pengelasan ultrasonik (a) pemasangan untuk
sambungan tindih, dan (b) pembesaran gambar daerah las
Energi
getaran berfrekuensi tinggi mengenai daerah las dalam bidang sejajar dengan
permukaan sambungan las. Gaya
yang ada menimbulkan tegangan geser osilasi pada permukaan las, tegangan
tersebut merusak dan mengelupas lapisan oksida. Slip permukaan ini menghasilkan
kontak logam dengan logam, terjadi pencampuran logam dan terbentuklah manik las
yang baik. Dalam proses ini tidak diperlukan pemanasan dari luar. Proses
pengelasan ultrasonik hanya dapat diterapkan pada logam dengan ketebalan
maksimal 3 mm, sedang ketebalan minimum tidak ada. Pada sambungan las terjadi
deformasi plastik setempat pada batas permukaan dan kekuatannya lebih baik
dibandingkan proses penyambungan lainnya.
Daftar Pustaka
1. B.H. Amstead, Phillip F. Ostwald, Myron L. Begeman, Manufacturing Processes, Seventh
Edition, John Wiley & Sons Inc., New York, 1979.
2. Flemings, M.C.Solidification
Processing, New York
: McGraw-Hill, 1974,
3. Harsono Wiryosumarto, Toshie Okumura, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan
Keenam, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
4. Kalpakjian, Manufacturing
Engineering and Technology, Third Edition, Addison-Wesley Publishing
Company, New York ,
1995.
5. Mikell P. Groover, Fundamentals
of Modern Manufacturing, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey , 1996.
6. Metal Handbook,9th ed. Vol. 14 : Forming and Forging. Metal
Park , Ohio : ASM
International, 1988.
7. Tata Surdia, Kenji Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan Ketujuh, PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1996.
terimakasih mas farisi, ini mantap! ssukses selalu untuk sampean mas!! salam hangat dari WE BROTHER! :D
ReplyDeletebagus mas
ReplyDeletemampir juga yah gan
ReplyDeletewww.pengetahuanumum-pengetahuan.blogspot.com
apabila ada kebutuhan welding equipment silahkan kunjungi toko kami di
ReplyDeletehttps://www.tokopedia.com/adarabc/
gambarny tidak muncul masbrow,, cba di munculkan lg donk mngkin ada link2 yg eror. mksih
ReplyDeleteBagus Gan, Lengkap informasinya.
ReplyDeleteKalau mau cek sambungan las lasannya coba dengan ini gan
UT Flaw Detector
Terima kasih
Salam